Sharing Pengalaman Sekolah Anak di Sekolah Dasar Australia

Saya ingin berbagi tentang pengalaman di salah satu sekolah dasar negeri di Australia beberapa tahun yang lalu (2015-2016), jadi seingatnya aja ya, hehe. Kami (saya dan anak-anak) datang ke Australia pada akhir Maret 2015, mengikuti Si Ayah yang tugas belajar dan sudah tiba sejak Desember tahun sebelumnya. Saat itu Si Kakak udah hampir lulus TK B di Indonesia. Sebelum tiba di benua Kangguru, kami telah memproses semacam surat keterangan dari Departemen Pendidikan di sana, dan saat tiba, anak kami bisa langsung bersekolah di kelas I. Oiya Australia menganut sistem zonasi sehingga Si Kakak bersekolah di SD terdekat dengan rumah yang jaraknya sekitar 3 km dari tempat tinggal kami. Berikut beberapa hal yang saya ingat ya tentang sekolah SD Kakak. Ini hanya sharing saja dan tidak bermaksud membandingkan dengan sekolah SD dimanapun ya, karena sekarang di Indonesia pun saya sangat senang dengan pelayanan sekolah dan perhatian serta kreatifitas guru-guru di sekolah anak-anak.

1. Hari Pertama, Pendaftaran dan Kelas Intensif Bahasa Inggris

Hari Pertama ke sekolah, kami disambut oleh salah satu guru dan kebetulan koordinator dari Kelas   Intensif Bahasa Inggris. Di sekolah tersebut, anak-anak yang berasal dari luar Australia dan Bahasa Inggrisnya belum lancar akan masuk ke kelas IEC (Intensive English Class) terlebih dahulu sebelum masuk ke kelas utama atau kelas mainstream. Kelas IEC ini ada di setiap tingkatan. Anak-anak di kelas IEC akan mendapatkan pelajaran sebagaimana kelas mainstream, ditambah dengan pelajaran intensif untuk memperlancar Bahasa Inggris. Di kelas ini juga terdapat guru pendamping yang bisa berbahasa Indonesia, yang akan mendampingi anak beberapa kali dalam seminggu. Anak-anak di kelas IEC tentu saja berasal dari berbagai negara, yang kebanyakan orang tuanya adalah mahasiswa yang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas di dekat sekolah tersebut. Ada yang dari Vietnam, India, Papua New Guinea, dll.

Hal yang cukup berkesan pada hari pertama itu adalah saat kami orang tua mengobrol dengan Ibu Guru, anak-anak diberi kesibukan untuk mewarnai, sehingga orang tua bisa mengobrol dengan tenang tanpa terganggu dengan anak-anak yang cranky atau bosan. Sekolah sudah menyiapkan kertas bergambar dan pensil warnanya, dan yang lebih spesial lagi, saat itu anak-anak kami diminta mewarnai gambar orang utan di hutan Kalimantan, khas Indonesia.

Setelah selesai penjelasan di ruang kantor, kami diperbolehkan berkeliling melihat lingkungan sekolah. Hal yang menyenangkan bagi anak-anak adalah tersedianya area bermain yang cukup besar di halaman sekolah. Sekolah dasar di sana rata-rata mempunyai halaman yang luas dengan bangunan gedung yang minimalis terdiri atas satu lantai, namun fungsional. Selain ruang kelas ada laboratorium, ruang olah raga atau gym, lapangan, area bermain, dan aula yang cukup besar. Setiap harinya sambil menunggu orang tua menjemput, anak-anak bisa bermain ayunan, jungkat-jungkit, jaring laba-laba, prosotan, dan sebagainya. Hari pertama masuk sekolah orang tua boleh menemani di luar kelas, tapi tidak untuk hari berikutnya, agar anak-anak mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya.

2. Belajar Membaca dalam Bahasa Inggris

Setiap hari Si Kakak mendapat PR membaca dari Ibu Guru di sekolah. Buku yang harus dibaca di rumah itu berupa buku cerita bergambar, dengan dilengkapi tulisan. Uniknya, buku tersebut ada nomor/levelnya. Di level awal, setiap halaman hanya berisi 1 buah gambar dan 1 kata, beberapa hari jika menurut guru anak tersebut masih di level yang sama, maka ia akan membawa buku cerita lainnya yang sejenis (1 gambar dan 1 kata). Lalu secara bertahap Bu Guru akan menaikkan level buku, satu halaman 2 kata, 3 kata, 1 kalimat, 2 kalimat, 3 kalimat, dan seterusnya. Selain membawa pulang buku tersebut, anak juga membawa buku komunikasi antara orang tua dan guru, serta buku tugas yang harus ditandatangani orang tua jika tugas membacanya sudah dikerjakan. Dengan menakjubkan saya melihat perkembangan kemampuan membaca anak. yang awalnya tidak bisa membaca dalam bahasa Inggris, hingga bisa membaca dengan lancar, alhamdulillah.

Di sekolah Si Kakak juga diajarkan cara pengucapan setiap huruf A-Z dalam Bahasa Inggris, bahkan ada lagu dan gerakannya dengan tangan. Hal itu mungkin salah satu yang mempercepat anak-anak dalam membaca teks berbahasa Inggris karena jika ia kesulitan membaca suatu kata, ia akan berpatokan pada cara membaca per huruf tersebut.

3. Pentas Seni di Sekolah

Sebagai orang tua murid, dalam satu tahun saya beberapa kali ke sekolah Kakak untuk melihat pentas seni. Sekolah di sana mendorong siswa untuk berani tampil di depan salah satunya melalui pentas seni. Pentas seni diadakan bukan hanya dalam peringatan hari besar misal  hari kemerdekaan yang diikuti seluruh tingkat kelas, tetapi terdapat juga pentas seni yang hanya diikuti oleh satu atau beberapa tingkat kelas. Dalam pentas seni, biasanya anak-anak akan tampil berkelompok (bukan 1 atau beberapa anak saja) sehingga semua anak akan ikut tampil ke depan, dengan perannya masing-masing yang dilatih dan dikoordinir oleh guru kelas mereka. Perlengkapan pentas seni biasanya dibuat sendiri oleh anak-anak menggunakan karton.

4. Sports Day di Sekolah

Di musim panas, sekolah mengadakan perlombaan olah raga untuk anak-anak. Anak-anak dari kelas terkecil hingga kelas tertinggi dikelompokkan dalam 1 kelompok dan dibagi berdasarkan warna. Ada tim biru, kuning, merah, orange, hijau. Dalam 1 kelompok warna terdiri atas anak-anak dari berbagi level kelas, yang masing-masing akan mendapat tugas bertanding sesuai dengan level kelasnya, jadi tidak ada anak-anak yang hanya menonton. Orang tua ikut diundang untuk menyaksikan pertandingan anak-anak dalam acara ini. Seru banget melihat anak-anak yang berlomba, tanpa sadar orang tua seakan menjadi bagan dari tim anak-anak, hehe. 

 

Sports Day di sekolah Kakak

Hal yang patut kita tiru seusai mengikuti acara, orang tua siswa akan bergotong-royong untuk membereskan arena pertandingan dan tenda tim. Begitupun saat selesai pentas seni, orang tua siswa akan bergotong royong merapikan bangku-bangku  ke bagian belakang aula. Begitu pula saat saya mengikuti kursus menjahit di aula (semacam) kelurahan, seusai jam kursus, relawan pengajar dan peserta kursus akan bergotong royong merapikan tempat, menyimpan mesin-mesin ke lemari, melipat meja-meja, dan membersihkan lantai, agar ruangan tersebut siap digunakan oleh komunitas yang lain. Tidak ada petugas cleaning service yang stand by di sekolah atau ruangan kantor, universitas, dan public area lainnya. Cleaning Service biasanya bekerja pada pagi hari sebelum aktivitas di tempat itu dimulai, atau pada malam hari saat aktivitas di tempat tersebut telah selesai sehingga setiap orang ikut bertanggung jawab menjaga kebersihan dan kerapihan di tempat tersebut.

5. Penggalangan Dana di Sekolah

Pemberi Beasiswa sekolah Si Ayah alhamdulillah meng-cover juga biaya sekolah anak-anak, sehingga untuk sekolah SD ini secara umum gratis. Kami hanya diminta membayar sekitar 300 AUD per tahun atau sekitar Rp 3 juta untuk ATK. Untuk pembangunan atau kegiatan sekolah, beberapa kali sekolah mengadakan penggalangan dana kepada orang tua siswa secara sukarela. Uniknya, penggalangan dana itu tidak serta-merta penggalangan dana saja, tetapi dikemas dengan cara yang menarik. Yang saya ingat, saat sekolah akan membangun paving blok di halaman sekolah, mereka menawarkan paving dengan inisial nama kita, yang bernilai nominal tertentu donasi. Di lain waktu, sekolah menawarkan untuk menjual postcard yang bergambar hasil karya anak-anak. Saat itu anak-anak diminta menggambar bunga khas Australia, (si kakak menggambar bottle brush flower), lalu orang tua yang berminat boleh memesan post card bergambar karya anak, yang di cetak dalam kertas foto (kertas postcard) profesional, lengkap dengan amplopnya. Tiap orang tua yang membeli akan mendapatkan postcard yang berbeda-beda, sesuai hasil karya anak masing-masing. Menarik kan?

6. Rapor Anak di Sekolah

Yang saya ingat tentang rapor anak, selain ada angka-angka, dan tanpa rangking, juga berisi perkembangan kualitatif tentang penguasaan anak-anak di tiap mata pelajaran. Guru benar-benar berusaha menulis perkembangan anak dengan seobjektif mungkin yang akan berguna untuk orang tua dan perkembangan anak kedepannya. Kebayang ya bagaimana susahnya guru harus mengenal dan mengamati perkembangan setiap anak didiknya. But it's so special.

Itu saja yang dapat saya ceritakan, semoga bermanfaat.





 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sharing is Caring

Makanan yang Dikangenin di Cilacap ala Aku